Minggu, 23 Februari 2014

[= My smile just you =]



Hai guys.. aku mau bagiin cerpen ceritaku ini.. selamat membaca, koment nya juga boleh =]

[= MY SMILE JUST YOU =]
“ Bil, cepet pake sepatumu. Kamu bakal telat lagi nanti, Appa juga nanti telat lagi bil! “ kata Appa.
            “ Iya, ih! Bentar dulu, ini ribet sepatunya Appa.. “ Jawabku
            Lalu aku menaiki, motor yang dibawa oleh Appa..
            Appa, adalah sebutan bagi ayahku.. aku memanggilnya appa karena, sejak kecil appa yang mengajariku bahasa korea. Appa, memang pintar dalam bidang bahasa.. kata “APPA” yang berarti seorang Ayah.
            Yaps, kata itu.. kata itu yang kuganakan selama 15 tahun saat aku berbicara dengan Appa.
            “ Mah, Nabila sebel deh. Tadi, Bila telat dan dihukum suruh pidato waktu upacara senin depan. Ini gara-gara Appa..!” Kata ku dengan kesal.
            “ Terus, saja tiaphari kamu telat. Makannya, bangun pagi! Kamu tuh anak perempuan harus biasa bangun pagi! “ Jelas mamah sambil menatap ku.
            “ Au akh~ salahin aku aja terus mah! “ Jawab ku sambil berjalan menuju ke kamar ku.
            Sudah sering kali, aku terlambat. Ya, karena itu aku sebal dengan ayahku.. Setiaphari, setiap aku berangkat ke Sekolah selalu bersama Appa, karena Appa juga pergi kerja. Tempat appa bekerja searah denganku, karena itu kita selalu berangkat bersama menaiki sebuah sepeda motor yang dibawa oleh appa.
            Yap, hari-hari ku berlalu seperti biasanya, tak ada yang menarik menurutku.. Pernah, suatu ketika itu... aku bertengkar dengan ayahku.. dan itu untuk pertama kalinya aku melihat sosok ayah yang seperti itu..
            Kejadian dimulai dari, aku yang saat sedang makan malam.
            “ Ikh! Nyebelin ikh! “ Kata ku sambil, memegang sendok dengan wajah cemberut.
            “ Kamu,  makanan bukannya dimakan. Malah, diaduk-aduk begitu! “ Jelas mamah.
            “ Tau akh, aku sebel mah! “ Jawab ku.
            “ Kenapa lagi? Telat lagi.. “ Tanya mamah.
            “ iya! Terus, appa malah ngasih kado ulang tahun malah tas gambar boneka begitu. Warnanya, pink lagi! Kan aku mintanya, warna coklat, bermotif bunga. Bukan kayak gitu! “ Jelas ku yang semakin kesal.
            Saat aku, sedang bicara seperti itu, tepat sekali Appa baru saja pulang kerja.
            “ Nabilah! Kamu kenapa bicara keras seperti itu ke mamah?! “ Tanya appa dengan suara tegasnya.
            Aku hanya, bisa memandang tajam wajah Appa saat itu. Aku tak sanggup menjawab pertanyaan Appa. Sungguh, hatiku sangat perih dan kesal. Langsung saja, aku pegi ke kamar dengan meneteskan air mata. Malam, itu aku tak ada hentinya menangis.
            Mamah, mengetuk pintu ku terus, dengan berkata, “ Bil, buka pintunya. Nanti, mamah beliin tas yang kamu mau deh! Sekarang buka pintunya, kamu makan dulu! Tadi kamu kan gak makan bil!
            “ Aku gak butuh, tas kayak gitu lagi mah. Udahlah, emang mamah sama appa selalu aja, manjainnya kakak, terus.. aku gak pernah dipeduliin. Capek tau ikh! “ kataku, sambil menangis dari dalam kamar.
            Malam itu, aku benar-benar merasa bahwa, aku lah orang yang sangat tidak beruntung di dunia ini. Entah, rasanya aku ingin teriak dan mengeluarkan seluruh amarahku. Tak hanya, karena, kado yang kuharapkan tak terkabul. Tapi, aku juga kesal karena, aku sudah dapat Surat Peringatan 1 dari sekolah karena keterlambatanku yang terlalu sering.
            Ditambah lagi, teman-teman ku yang selalu mengejek ayahku.. semua itu menyangkut dikepalaku.. entah, aku harus apa, tapi yang pasti air mata ku terus mengalir..
            Keesokannya, aku bangun pagi dan langsung memakai sepatu tanpa sarapan terlebih dahulu. Mamah dan Appa, yang melihatku, mengejar ku menuju pagar. Namun, sayang aku sudah berjalan jauh.
            Beruntung saat itu, aku tidak telat lagi. Jadi, aku tidak dimarahi oleh guru – guru lagi.
            “ Tuh, kan kalau gak berangkat bareng Appa, gak telat! Coba aja, kalau berngkat bareng appa, yyaudah telat terus! “ kataku dalam hati sambil berjalan menuju kelas.
            Sepulang sekolahnya, mamah langsung mengatakan sesuatu padaku, “ kenapa tadi gak sarapan? Kamu mau sakit ya?! “ tanya mamah dengan nada marah.
            “ Tadi aku buru-buru takut telat lagi! “ jawabku, sambil melepas kaos kaki.
            “ Awas ya kamu, kalau besok gak sarapan lagi! Besok kamu minta maaf sama Appa! Appa, sedih tau gak sih liat kamu kayak gitu. Dia, sakit hati liat sikap anak kesayangannya begitu. “ jelas mamah.
            “ Iya, mah. “ jawabku.
            Keesokan paginya, aku berniat untuk berangkat sendiri dan tidak sarapan. Namun, tanpa diduga, meja makan sudah penuh dengan hidangan sarapan roti dan susu hangat. Ya, akhirnya aku menyantapnya..
            Hendak, berangkat sekolah..
            “ Bil, bareng appa yuk! “ Kata appa, yang sudah menaiki motor hendak mengajak ku untuk berangkat bersama.
            “ Iya appa. “ Jawab ku.
            Selama, di perjalanan Appa terus berbicara. Karena, saat itu beradsa di motor jadi, suara appa tidak terdengar begitu jelas di telinga ku.
            Yang kutangkap, adalah Appa, meminta maaf atas semua kesalahannya padaku. Appa, bilang pulang kerja nanti dia akan memberiku hadiah. Mendengar semua, perkataan Appa, yang tidak begitu jelas membuat hatiku tiba-tiba sakit. Tanpa sadar, aku meneteskan air mata.
            Ketika, sampai di Sekolah. Sebelum aku berjalan meuju pagar, aku berkata, “ Appa, maafkan Nabilah ya! Nabilah, gak sepantasnya bersikap seperti yang kemarin ke mamah sama appa. Nabilah, minta maaf. “ kata ku sambil mencium tangan Appa.
            “ Iya Nabilah anak ayah yang paling cantik. “ Jawab ayah sambil mengelus kepalaku dengan senyuman yang sangat-sangat tak terlupakan bagiku.
            “ Kalau, gitu Bila masuk dulu ya Appa! Saranghae Appa! Anyeong! “ Kata ku sambil berjalan dan melambaikan tanagn kepada Appa, dengan senyuman yang ku berian paling indah untuk Appa.
            Selama, pelajaran dimulai hatiku terus gelisah. Entah, kenapa tiba-tiba hatiku merasa aneh. Tepat Pukul, 04.00 sore. Ketika aku hendak ingin pulang bersama-sama teman-temanku. Mr. Radit menghampiriku.
            “ Nabilah, ikut bapak sebentar!” kata Mr. Radit sambil memegang tanganku.
`           “ Tapi, pak saya mau pulang pak! “ Jawab ku.
            “ Kamu, nanti bapak antar pulang. Yang penting, sekarang kamu ikut bapak dulu. “
            Akhirnya, aku menuruti perkataan Mr. Radit.. sesampai di ruanagn Mr. Radit, dia menjelaskan semua yang terjadi saat itu.
            Hatiku, remuk.. Hancur.. Aku seperti buta seketika, entah saat itu aku merasa bumi tak emiliki gaya gravitasi lagi sehingga untuk ku berdiri tegap saja tak sanggup..
            “ Aaa... App...... Apppa..... Appa......! “ kataku, dengan hati yang benar-benar hancur..
            Langsung saja, aku berlari keluar dari sekolah. Teman-temanku yang sedang berjalan santai, ku lewati.. Sungguh hati dan jiwaku terasa hilang.. berlari sekencang saat itu, tak mengubah suasana hati yang benar-benar tertusuk hingga hancur..
            Semua mata tertuju padaku, mata bingung mengapa aku berlari begitu kencangnya, dengan wajah yang basah dengan air mata. Jarak sekolah, yang sekitar 2 km dari rumahku, ku lewati dengan berlari..
            Sesampai di rumah, ada sebuah mobil Ambulance dan sebuah mobil polisi. Entah, aku tak bisa menerima keadaan saat itu, mataku bingung harus menatap apa.. hatiku gelisah, harus melakukan apa..
            Sesosok wanita dengan memgang tisu dan menangis dengan harunya, menghampiriku yang sedang berdiri di dekat pagar.
            “ Nabilah... Appa!! Appa, meninggal!! “ Kata mamah, dengan memeluk ku erat.
            Aku tak tahu harus menjwab apa, bahkan, bibirku terasa seperti terbuat dari besi.. sulit sekali bagiku untuk mengeluarkan sepatah kata pada saat itu..
            “ Ada apa ini? Kenapa ini? Ini mimpi? Tuhan.. jika ini mimpi bangunkan aku kumohon! Kumohon ini mimpi... “ Kataku dalam hati.
            Aku berjalan masuk ke rumah, dan tepat saat aku masuk. Sesosok mayat, sedang terbaring.. aku tak sanggup, untuk berdiri, tubuh ini terasa berat. Tangan, yang bergerak menyentuh pipi tangan mayat itu yang terasa sangat dingin.
            Kubuka, kain penutup wajah nya. Sontak, sangat membuat aku terkejut. Terasa seperti aku sedang dibunuh hidup-hidup. Ternyata, dibalik sebuah kain tersebut adalah wajah yang ku kenali.. 
            Wajah yang, tadi pagi ku beri senyuman paling terindah..
            Sebuah, kesakitan bagiku... tak kuasa, menahan segalanya, aku pun terpingsan. Entah, dalam mimpi saat itu sesosok pria tua yang samar wajahnya menghampiri ku dan berkata, “ Nabilah, Appa sayang Bila.. Appa berterimakasih untuk semuanya, kamu sudah jadi anak Appa yang pintar, cantik, dan segalanya bagi Appa. Sekarang, Appa, tak bisa memeluk hangat kau lagi. Jaga dirimu! Jaga mamah, jaga juga kakakmu! Nabilah, anak Appa. Saranghae Nabilah! Anyeong!”.
            Tepat, sesosok pria itu menghilang dari mimpiu.. aku pun terbangun dari pingsanku.. tetap, saja aku menangis..
            Appa, meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan itu terjadi, ketika.. Tiba-tiba motor Appa berhenti dan Appa turun dari motor untuk mengambil sebuah kotak hadiah.. dan dari arah belakang, ada mobil yang menghantam Appa. Sehingga tubuh Appa telempar hingga sejauh 5 meter.
            Itulah, penjelasan yang aku dapat. Dan, polisi yang berada di rumahku saat itu memeberiku sebuah kotak hadiah..
            Ketika, aku membukanya, betapa aku tak terkejut.. isinya, adalah sebuah tas yang aku dambakan dengan sebuah foto keluarga yang baru di cetak. Dengan sebuah surat terselip di sampingnya.
            Surat itu berisi kan, “ Nabilah, Appa sayang Bila.. Appa berterimakasih untuk semuanya, kamu sudah jadi anak Appa yang pintar, cantik, dan segalanya bagi Appa. Sekarang, Appa, tak bisa memeluk hangat kau lagi. Jaga dirimu! Jaga mamah, jaga juga kakakmu! Nabilah, anak Appa. Saranghae Nabilah! Anyeong!”.
            Membaca, isi surat itu. Langsung emebuat ku teringat dengan mimpiku.. mungkinkah...
            Dan kejadian, itu sudah berlalu selama 10 tahun.. Kini, aku Nabilah sudah tumbuh menjadi wanita yang dewas dan hebat. Berkat, keluarga aku bisa seperti ini..
            Mamah, dan kakak yang selalu ku jaga sampai kapanpun.. karena, mereka adalah nafas ku, mereka adalah alasan kenapa aku bisa berdiri..
            Kejadian, terpuruk memang memberi kita sebuah kesakitan, namun, itu adalah sebuah pelajaran bahwa, kita harus memperbaikinya. Itulah yang ayah ajarkan, padaku.. Tas, yang berlumur darah terpajang di kamarku, tepat disebalah foto ayah =’]
“ SARANGHAE APPA.. “
THE END




           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar